Surga dan Neraka?

Silakan menikmati diskusi yang kami lakukan di milis kami. Diskusi ini terbuka untuk siapa saja, silakan ditanggapi.

Rekans,
menyambung obrolan hangat beberapa waktu lalu di milis kita,dimana bermunculan berbagai pertanyaan retorik (Zefiri, 2008) yg menarik,menggelitik …….ntah knapa jd ingat sebuah cerita, yg bertahun2 terbaca di sebuah site (lupa namanya….. .bisa jd sumbernya jg tdk reliable), tp buat sy tetep menarik utk dibaca,krn sst yg tersirat didalamnya sebenernya sederhana tp dalam…..Krn ternyata msh ada di-sent item sy, so enjoy it,lumayan panja
ng so…..enak ni pas break ngetik,sambil makan eastern express besok siang……. Kl dah pernah baca..…jangan protes

SURGA ATAU NERAKA?
Ada tercatat suatu saat Sir Edmund Burke, tokoh terkenal dalam sejarah kerajaan Inggris, berteman baik dengan seorang tokoh yang juga sama terkenalnya, seorang teologian, berprofesi sebagai pendeta. Bahkan raja dan ratu datang menghadiri kebaktiannya di setiap minggu, tapi Edmund Burke tidak pernah hadir.
Suatu saat, si pendeta bertanya, “Mengapa kawan, kau tidak pernah mau datang…. bahkan raja, ratu, seluruh keluarga kerajaan, pelajar-pelajar terkemuka datang di kebaktianku. Tapi engkau, sahabat yang paling baik, selalu menolak. Kumohon, datanglah paling tidak sekali saja.” Jawab Burke, “Justru karena saya sahabat terbaikmulah, saya tidak bisa hadir, tapi karena kau memaksa, baiklah, minggu besok saya datang, bersiaplah.”
 
Pendeta : “Apa maksudmu : Bersiaplah?”
Burke : “Segalanya akan jelas saat saya datang ke gerejamu.”
Sahabat ini lantas mempersiapkan kebaktian misa yang indah, ia ingin membuat Edmund Burke benar-benar tertarik. Pada saatnya tibalah Edmund Burke. Sepanjang misa pendeta terus memperhatikan perubahan wajah Burke – tapi tiada munculnya tanda-tanda emosi, perasaan atau dampak apapun terhadap apa yang dikotbahkannya. Orang ini duduk diam bak sebuah batu. Ini membuat pendeta gelisah dan nervous.
Dan sampai tiba di acara tanya jawab, Burke adalah orang pertama yang bangkit berdiri! Dia bertanya, “Saya hendak bertanya. Disebutkan dalam kotbahmu barangsiapa yang baik, suci, percaya Tuhan akan masuk surga. Dan orang yang bertindak jahat, tidak percaya Tuhan masuk ke api abadi di neraka.” “Menurut saya adalah, Anda terlalu menyederhanakan persoalan. Saya ingin tahu: Jika seorang bertindak baik dan suci batinnya tapi tidak percaya kepada Tuhan, kemana dia akan pergi? Sebaliknya seorang yang jahat tindakannya, namun percaya kepada Tuhan, kemana perginya?”
Untuk sesaat sang teologian ‘hilang’ dalam kebingungan, sebab jawab apapun yang diberikannya bisa menimbulkan masalah susulan. “Maafkan saya, saya tidak dapat menjawabnya seketika.”
“Saya mengerti” jawab Burke. “Sebab seluruh kotbahmu bukan berasal dari suatu yang spontan. Anda cuma seperti burung beo. Yang menyedihkan, Anda tidak punya jawabnya, tapi berani mengotbahkan siapa yang kan ke surga dan siapa yang ke neraka.”
“Beri saya 7 hari. Minggu depan saya akan menjawabnya, ” kata pendeta. 7 Hari berikut adalah hari-hari yang sangat berat bagi si teologian. Dia sudah berusaha keras, segala cara. Kesimpulan apapun yang didapat tampaknya keliru. Jika seseorang, tidak percaya Tuhan, namun memiliki kebajikan – kita tidak dapat mengirimnya ke neraka, karena akan timbul keraguan, apa gunanya berbuat bajik? Sebaliknya seseorang pengikut Tuhan namun cela dalam tindakannya – juga tidak dapat kita kirimkan ke surga; perbuatan dosa, kejahatan, apakah tidak ada artinya? Jika begitu apa gunanya berbuat baik atau jahat? Semakin lama dipikir, semakin gelisahlah si pendeta, ia tidak bisa tidur.
Dan minggupun tibalah. Pendeta ini datang ke gereja 1 jam lebih awal, Tetap tanpa jawaban. Ia berdoa kepada Yesus, “Tuhan, tolonglah, di Alkitab, buku-buku lain sampai isi perpustakaan tidak jua kutemukan jawabnya. Edmund Burke benar, kini ia membuat masalah tidak cuma kepada saya, tapi juga kepada seluruh kongregasi gerejaMu. Kini terserah Tuhan apakah berkenan menolong saya.”
Pendeta bertelut di bawah patung Yesus, terus berdoa mohon petunjukNya. Karena sudah 7 hari sulit tidur, akhirnya ia jatuh tertidur. Ia bermimpi. Dalam mimpinya, ia sedang duduk di dalam kereta, bersama penumpang2x lain. “Kemanakah kereta ini pergi dan kemana saya akan dibawa?” Jawab mereka, “Kereta ini menuju surga.”
Kata pendeta, “Oh baik sekali, lebih baik saya menyaksikan sendiri seperti apa orang-orang di sana.” Iapun melamun, jika saja ia dapat bertemu Socrates, Gautama Buddha, Mahavira… berarti kebajikan, ketulusan hati, kesederhanaan sudah cukup. Tidak perlu lagi percaya kepada Tuhan ….. tapi jika ia tidak dapat bertemu mereka, lantas orang-orang seperti paka gerangan yang akan dijumpainya nanti – sebab Adolf Hitler percaya Tuhan, Napoleon Bonapartepercaya Tuhan, Alexander Agung juga percaya Tuhan, tapi tetap saja membunuhi orang! Nadirshah percaya Tuhan, namun kesenangannya membakar orang hidup2x! Jika saya bertemu mereka di surga, habislah sudah; saya harus menyatakan kebenaran kepada gereja saya.
Tiba di surga. Ia tak dapat mempercayai penglihatannya, Stasiun tampak dekil, kumuh, berantakan. Ada pelang bertulisakan ‘SURGA’ namun huruf2x nyaris pudar, kotor, hampir roboh. Dalam hatinya… apakah saya tiba di India atau apa?! Ini bukan surga. Surga macam apakah ini?
Tapi dilanjutkannya turun dari kereta, pergi ke kantor stasiun, namun kosong, tidak ada orang. Dilanjutkannya perjalanan, dijumpainya sekumpulan orang, kepada mereka ia bertanya, “Saya ingin mencari orang-orang berikut : Buddha Gautama, Socrates, Pythagoras, Heraclitus, Epicurus, Mahavira, Lao Tzu.” “Tidak pernah dengar tentang mereka,” jawab penghuni surga. Para penghuni ini .. kurus kering, bagaikan sari hidupnya telah habis diperas keluar semuanya, pucat, tanpa ekspresi. Ia bertanya,”Siapakah mereka?” Yang seorang adalah seorang suci – ia pernah mendengar nama itu, yang lain adalah Ekhart, yang lainnya lagi St Francis…. Para orang suci ada di sana, duduk dalam keadaan telanjang, tanpa sehelai benangpun menutupi. Ia bertanya kepada mereka apakah ada musim semi di sana, tapi dijawab: “Apa maksudnya dengan musim semi? Belum pernah dengar istilah itu sebelumnya.” Tidak ada lagu, tiada keceriaan. tiada pesta.
“Ya Tuhan!” seru sang pendeta. Lapis-lapisan debu menempel di sekujur penampilan rang-orang ini. Seluruh tempat bagaikan tak pernah dikunjungi hujan selama berabad-abad. Seluruhnya tampak kering kerontang, tidak ada tanda-tanda kehijauan – tidak ada bebungaan, wangi-wangian. Seumur hidupnya ia belum pernah melihat tempat seburuk ini. “Ya Tuhan, jika surga adalah seperti ini, ini adalah tempat yang berbahaya!”
Sang pendeta buru-buru kembali ke stasiun, dan menuntut segera bertolak menuju neraka. Ia membatin, jika surga saja sudah seperti ini, neraka mau seburuk apa lagi? Tapi saat kereta kian mendekati tujuan, udara semakin bertambah sejuk dan berbau harum. Setibanya di stasiun, ia melihat pria wanita dewasa, anak-anak semua dalam wujud yang indah, tampak bahagia.
Ujarnya, “Ya Tuhan, ini pasti ada yang salah. Tempat ini seharusnya adalah surga, tiap orang tampak begitu bahagia.” Iapun turun dari kereta dan bertanya,”Apakah kalian pernah mendengar nama Bodhidharma, Basho, Socrates, Gautama Buddha, Confusius?” Jawab mereka, “Mereka adalah orang-orang yang telah merubah tempat ini. Dahulu neraka adalah tempat yang busuk, mengerikan, tapi sejak kedatangan mereka, seluruh wajah neraka telah diubahnya. Sekarang semuanya tampak hijau, bagaikan oasis. Kami punya cinta, kami punya kidung nyanyian, ada musik. Tunggulah hingga malam tiba, saat setiap orang berdansa, bernyanyi, bermain musik. Sekarang setiap orang sedang bekerja di ladang.
Lihatlah…. itu Socrates sedang bekerja di ladang.”
Jawaban ini benar-benar mengejutkan sang pendeta. Dan iapun terbangun tepat di saat jam kebaktian dimulai. Kebetulan jemaat yang sudah hadir sedang mengelilinginya sambil bertanya-tanya heran, ada apa, apakah dia pingsan, atau tertidur? Edmund Burke juga telah duduk menunggu di barisan depan.
Pendeta inipun menjawab dalam kotbahnya, “Saya telah berusaha keras, tapi tidak menemukan jawabannya. Saya baru saja mendapatkan mimpi, dan saya akan menghubungkan mimpi ini dengan jawaban saya, dan kalian dapat menarik kesimpulan masing-masing. Kesimpulan saya sendiri adalah sebagai berikut : Maafkan, selama ini apa yang saya sampaikan adalah keliru. Bukanlah menjadi isu atau pertanyaan apakah orang baik, orang suci akan masuk ke surga; melainkan kemanapun orang baik dan suci pergi, mereka akan menciptakan surga. Dan percaya kepada Tuhan adalah keyakinanmu pribadi.
(Vivi)
Kira2 maksudnya apa ya? kayak menggantung?
(Sabbat)
Halo Sabbat,
Justru itulah uniknya si Jeng Bapenas itu. Dia menawarkan sesuatu untuk kita “maksudi” (bisa nggak pake akhiran ini) sendiri. Memaknai itu tergantung pada diri kita, seperti kata si temannya Sir Burke itu.
Untuk mimpi si Pendeta, aku memaknainya (yang butuh beberapa jam perenungan) seperti ini: sekalipun aku tiap Minggu isi absen di Chaplancy dan ICF, tiap hari baca Alkitab, tapi tindakanku jadinya  menciptakan neraka bagi orang lain, sama aja aku menuju neraka.
Seperti kata Bung Zef di posting yang lalu2x, ada yang justru ketika menyebutkan nama Tuhan batu-batu malah beterbangan. Bukankah itu juga menciptakan neraka di dunia?
Aku bukan penghafal ayat, tapi seingatku ada perkataan Yesus tentang kasih, yang intinya (menurut pemahamanku yang rada parah ini), bagaimana kita bisa mengatakan mengasihi Bapa yang tidak kita lihat sementara kepada sesama yang kita lihat saja kita belum dapat menerapkan kasih itu.
Sebenarnya si simple banget (ini menurutku, tolong dikoreksi kalo salah),  kembali pada:  WWJD (stand for: What Would Jesus Do?)
Tapi banyak orang (dan bahkan orang yang menyebut dirinya “totally” pengikut Kristus) termasuk aku yang kadang lupa bertanya itu saat menghadapi sesuatu.
Misalnya: kalo dilempar batu sama Bung Zef, aku otomatis balas melempar batu juga (sori, bisa jadi karena aku nggak pernah bawa kapas dan cuman ada batu yang paling gampang diraih), kalo si Jeng Bapenas ditangkap polisi, ada 2 kemungkinan aku marah-marah sama polisinya ato malahan lari sembunyi. Contoh lain, aku juga belum berani ngomel-ngomel ato marah2x kalo menyaksikan orang menjadikan Gereja (dan mengangkat salib) sebagai bagian dari bisnis dan politik.
Btw, jika aku pikir-pikir lagi, jawabanku untuk si Burke adalah: untuk orang kedua, kalo di dunia aja hidupnya jahat (menurutku dia jadinya menciptakan neraka di dunia yang dia lihat dan jalani), gimana dia akan menuju surga di suatu tempat yang belum pernah dia lihat. Untuk orang yang pertama terlepas dari perbuatannya yang baik, secara iman aku akan menjawab: paling nggak dia tidak akan menuju rumah Bapa, karena kan cuman ada satu jalan ke sana.
greetz,
Meis
Wah Mbak Meis, susah cari batu di Belanda, nanti pulang Indonesia baru lempar-lemparan di sana..
Salam
Zeff
Hai Kak Meis,
Makasih banyak untuk keterangannya yak.
Memang sih kalo dipikir sedemikian rupa kita bisa ambil sisi positifnya dari cerita itu. CUMA itu kan kalo dipikir sedemikian rupa.
Kalo misalnya aku yang masih dangkal pengetahuannya tentang rohani ini narik kesimpulan dr cerita itu seperti ini :
1. Orang2 yang gak percaya Yesus toh akan masuk surga
juga atau setidaknya merubah neraka menjadi surga kalau dia itu baik,
2. Orang2 yang percaya Yesus kalau dalam hidupnya berdosa juga ya go to hell aja deh (quote :
“Siapakah mereka?” Yang seorang adalah seorang suci – ia pernah mendengar nama itu, yang lain adalah Ekhart, yang lainnya lagi St Francis…. Para orang suci ada di sana, duduk dalam keadaan telanjang, tanpa sehelai benangpun menutupi.)
Aku setuju sama yg meis bilang barusan,
cuma kalau kita tarik kembali ke permasalahan cerita itu esensinya jadi : lebih baik jadi orang baik daripada percaya kepada Yesus. itu jadi larinya lebih ke teori humanis ya nggak?
Inget gak cerita yang Yesus bilang ke seorang penjahat yang disalib disebelahNya, Dia blg : Hari ini juga engkau akan bersamaku berada di Firdaus! Percayakah kita kalo dia (penjahat) itu akan masuk surga? kalo aku sih percaya banget, org Tuhan Yesus (yang punya Surga) sendiri yang ngajakin, hehehe 🙂
Jadi kalau menurutku ya (Please correct me if i’m wrong). Seseorang harus LEBIH DULU percaya pada Yesus baru kemudian berbuat baik. Lagipula jangan lupa, kita berbuat baik bukan supaya bisa masuk surga, tapi kita berbuat baik karena ungkapan terimakasih kita pada Tuhan karena telah diselamatkan. Tidak ada perbuatan baik yang bisa memampukan kita masuk ke surga, karena surga adalah murni pemberian Tuhan, karena belas kasih dari Tuhan sendiri (Sola Gracia), bukan karena perbuatan kita.
Kalau kembali lagi ke topik cerita, orang2 seperti
Buddha Gautama, Socrates, Pythagoras, Heraclitus, Epicurus, Mahavira, Lao Tzu bisa masuk surga apa nggak? ya bisa kita tarik lg seperti yang meiss blg, quote : secara iman aku akan menjawab: paling nggak dia tidak akan menuju rumah Bapa, karena kan cuman ada satu jalan ke sana.) and that is the definite answer!
Mengenai orang2 yang percaya Tuhan tp sepanjang hidupnya jahat seperti Hittler, Napoleon apakah masuk surga? ya itu tergantung belas kasih Tuhan. Cuma kalo menurutku ya, kalau misalnya mereka tidak bertobat sampai akhir hidupnya apalg Hittler yang bunuh diri ya mereka akan berakhir di neraka juga. Lagipula yang dimaksud oleh Alkitab itu sebagai org Percaya bukan hanya percaya di mulut saja atau mereka yang berseru: Tuhan..Tuhan.
Tuhan Yesus sendiri pernah bilang : orang yang percaya kepadaKu adalah orang yang melakukan kehendak Bapa-Ku. Jadi orang percaya adalah orang yang mengaku Yesus adalah juru selamat dan melakukan perintah2 Tuhan yang SALAH SATUnya adalah berbuat baik.
Thank you for letting me share all of this with all of you bro and sis…
Kind regards,’
Sabbat CJ
Wah menarik juga diskusinya ya.
Bagi saya sendiri diskusi ini jadi mengingatkan tentang ‘karunia keselamatan’ yg tidak saja berdimensi nanti, yaitu bahwa setiap kita yg percaya kepada Yesus akan tinggal bersama-sama Dia di Rumah Bapa di Sorga; namun juga berdimensi saat ini. Setidaknya itu yg dapat saya pahami dari pesan dalam Filipi 2:12-18 : “kerjakanlah keselamatanmu dengan takut dan gentar. …, sbg anak2 Allah yg tdk bercela di tengah2 angkatan yg bengkok hatinya & yg sesat ini, sehingga kamu bercahaya di antara mereka seperti bintang-bintang di dunia” (thanks buat www.sabda.org yg menyediakan fasilitas pencari ayat/kata dlm Alkitab )
Thanks juga buat Vivi, Meis & Sabbat.
Salam,
Arfi
Jadi ingat 19 tahun lalu,hi3x… …..tepatnya di depan sebuah gereja yang terletak di lereng gunung (bukan Shaolin temple lho…) tapi sebuah SMA seminari katolik, saya mengajukan pertanyaan sama dengan Edmund Burke….pada seorang pengajar.
Si pengajar balik bertanya, apa yang kau ketahui dari alkitab ttg pertanyaanmu?
Dengan ingatan yang sangat jauh dari cukup ttg ayat dalam alkitab, tak coba kutip 3 ayat…. (hi..hi…3 ayat,untuk nambah nilai jika examnya jeblok):
1.”Tidak seorangpun datang kepada Bapa, jika tidak melalui Aku“”
plus 2 ayat yang serupa dgn Sabbath dan Meis:
2…….. Orang yang percaya kepadaKu adalah orang yang melakukan kehendak Bapa-Ku…..Jadi orang percaya adalah orang yang mengaku Yesus adalah juru selamat dan melakukan perintah2 Tuhan yang SALAH SATUnya adalah berbuat baik.(Sabbath, 2008)……. ???kata “mengaku Yesus”msh bisa mengandung banyak arti …..apa makna mengaku???
3…..Aku bukan penghafal ayat, tapi seingatku ada perkataan Yesus tentang kasih, yang intinya (menurut pemahamanku yang rada parah ini), bagaimana kita bisa mengatakan mengasihi Bapa yang tidak kita lihat sementara kepada sesama yang kita lihat saja kita belum dapat menerapkan kasih itu. (Meis,2008)
Dengan agak malu2 saya katakan…bahwa hanya ayat itu yang saya tahu…tanpa tahu artinya….
Justru si Pengajar nyeletuk dengan logat njawa-nya dan buatku kaget…Yo mantep itu….menjawab itu sendiri sama saja dengan berusaha mengartikan. …kata BISA sebagai BISA-nya ular…atau DAPAT…atau arti lainnya….. Cobalah memahami ayat2 itu berdasarkan apa yang diyakini oleh gerejamu…. .berdasarkan penafsiran resmi yang diakui gerejamu dengan kata lain….disinilah letaknya kamu memilih….
Saya terdiam saat itu….kok jadi rumit ya…..
Pengajar: Kita liat ayat pertama….Tidak seorangpun datang kepada Bapa, jika tidak melalui Aku….MELALUI AKU….?…= …..ikut teladannya.. ..apa yang diajarkannya. ..HIDUP dalam KASIH ……
Orang yang percaya kepadaKu adalah orang yang melakukan kehendak Bapa-Ku….?…=seorang kristen….adalah orang yang MELAKUKAN KEHENDAK BAPA……yaitu tadi…..orang yang HIDUP dalam KASIH…..
bagaimana kita bisa mengatakan mengasihi Bapa yang tidak kita lihat sementara kepada sesama yang kita lihat saja kita belum dapat menerapkan kasih itu….?…= Mengasihi sesama adalah wujud KASIH  pada TUHAN….
Orang yang hidup dalam kasih…akan mendatangkan surga bagi semua orang…saat ini…dimanapun dia berada…darimanapu n dia datang…… si Pengajar menutup perbincangan. ..dan berlalu menuju pertapaannya.
Mohon maaf jika ada yang tidak berkenan…dan tidak sependapat.. ..
Libertus
Dear temans,
Sori, masih dengan bahasan tentang surga dan neraka. Kebetulan hari ini baca diskusi di milis sebelah, menurutku si kayaknya cocok dijadikan contoh dari pembahasan kita, secara kita tahu sejak “black Monday” 2 minggu lalu, pasar Amerika lagi gawat-gawatnya.
Maaf bila ada yang kurang setuju, tapi forwardnya si Jeng Vivi langsung “menujukan” pikiranku pada si Bush.
Tulisan dari milis sebelah :
Pada saat Bush menjelaskan mendesaknya parlemen mendukung paket bantuan sebesar 700 Milyar US dihadapan pers internasional. Wajahnya kelihatan sangat tua dan tampak memikul beban maha dasyat. Bush seperti menelan buah-buah pahit yang ditanamnya sendiri.
Paket bantuan itu sendiri dipandang skeptis baik demokrat maupun republik. Mengapa mereka skeptis. Pada tanggal 15/9 yang lalu the Fed baru saja meninjeksi pasar sebesar 70 milyar US. The Fed juga meberi bantuan ke Merrill Lynch sebesar 85 Milyar US,dengan harapan terjadi reaksi rebound dipasar, malah justru pasar semakin anjlok.
Beberapa waktu yang lalu Mc Cain memberi pernyataan bahwa fundamental ekonomi AS kuat. Sekarang ini Bush mengaku bahwa ekonomi AS sementara dalam resesi. Sangat kelihatan calon republik sekarang kikuk, selalu buat kesalahan, bahkan pada kesalahan yang sederhana saja. Cahaya Palin yang cantik itu mulai meredup.
Beberapa minggu yang lalu Jendral David Petraeus komandan tertingi di Irak, sewaktu dia melepas jabatannya disana dan kembali ke AS untuk menduduki jabatan lain yang lebih tingi lagi, dia katakan bahwa AS belum memenangkan perang di Irak. Ini pernyataan seorang jenderal bukan seorang politikus. Sungguh tragedi didunia moderen. AS telah mengeluarkan dana bermilyar-milyar dollar, dengan kematian tentara sekitar 5000 orang dan kematian rakyat sipil yang jumlahnya begitu banyak, tidak ada angka pasti.
George Bush presiden paling malang dalan sejarah kepresidenan di AS. Selama dua periode kepemimpinannya, dia tidak mampu memberi perlindungan yang aman bagi warganya, teroris berkembang, bank bangkrut, begitu banyak PHK, selalu fatal dalam diplomasi luar negeri, bentrok dengan Amerika Selatan, bentrok dengan Rusia, bentrok dengan uni eropa, dan gagal menjalankan peta damai di Palestina.
Saya kira dia ingin bulan November segera tiba (dikutip dari diskusi fordis tulisan OT).
(Meis)
Wah Meis,
mungkin inilah contoh konkrit yg ekstrim dr jawaban atas pertanyaan si Burke…..
Krn kenyataan sebenarnya ternyata tdk selalu hitam putih ala si pendeta: {percaya Tuhan,baik}= {surga} dan {tidak percaya Tuhan,tidak baik}={neraka} ……… kombinasi dari 2 fungsi sangat banyak gradasinya dari abu2 agak putih,abu2 agak hitam atau bahkan menjadi merah (jangan tanya mengapa,mungkin krn kebanyakan kampanye si lembu gemuk bermoncong putih ya)….mungkin tergantung bagaimana kita masing2 menerjemahkan, menelan, memahami, memamahbiak, mengaplikasikan frasa ‘percaya pada Tuhan’ or ‘berjalan bersama Tuhan’ dan sebangsanya. …..yg terwujud dlm pikiran, perbuatan, perkataan kita
Spt Bush yg jelas2 berkata ‘Jesus is my biggest philosopher’ (berkata lho ya….krn kt tdk tau pasti apakah dia sungguh percaya atau tidak),seyogyanya mengetahui konsekuensi dr perkataan tersebut…. ..mencoba utk menginternalisasika nnya ke dalam dirinya,lalu td terwujud dlm pikiran, perbuatan, perkataan… ….tapi ntah mengapa telah menciptakan neraka, atau membiarkan sesuatu menjadi keputusan yg menyebabkan neraka bagi org lain…..
Meskipun aku sendiri kurang yakin apa yg hrs dilakukan kl berada di posisi si Bush….krn ternyata proses menerjemahkan, menelan, memahami, memamahbiaknya msh in progress…
-Vivi-
Sambung lagi ni, kutipan dari fordis:
Anda benar sejarah akan menilai kebenaran. Tidak ada manusia yang sempurna. Ada banyak tokoh dalam sejarah yang dilihat seperti setengah dewa, ternyata kemudian diketahui dipenuhi banyak skandal dalam kehidupan pribadinya.
Kennedy, Abraham Lincoln, Soekarno diketahui umum memiliki catatan pribadi yang buruk. G.Bush Jr juga demikian, dia juga mantan alkoholic. Tapi itu semua adalah wilayah privat. Sama dengan saya dan banyak orang yang lain memiliki wilayah privat yang barangkali tidak senono.
Tapi sejarah tetap menilai Kenedy dan Lincoln sebagai presiden yang paling dikenang karena jasanya bagi rakyat dan demokrasi. Artinya mereka membuat kemajuan dalam perjalan peradaban kemanusiaan. Soekarno juga demikian, dia dikelilingi banyak perempuan. Tapi semangat nasionalisme, politik mandiri, adalah jasa yang dikenang masyarakat Indonesia bahkan dunia sampai sekarang.
Soeharto mungkin punya keluarga utuh, tapi dia membunuh banyak rakyat sipil tanpa proses pengadilan, korupsi, diktator. Sejarah akan mengenag dia sebagai penjahat. Mereka tidak mengenang bahwa dia punya satu istri dan rajin puasa dan ketempat ibadah.
Bagaimana dengan Bush yang rajin berdoa, yang mengirim orang muda ke Irak dan mati disana, dan meninggalkan situasi ekonomi yang amburadul. Sejarah sudah menilai dari sekarang.
Saya pikir baik Mc Cain maupun Obama jika mereka terpilih jadi presiden, akan mengalami kesulitan mengatasi krisis ekonomi AS. Mereka akan mewarisi
kesalahan-kesalahan fatal yang dilakukan pendahulunya. (dikutip dari fordis by OT)
greetz,
Meis

0 Responses to “Surga dan Neraka?”



  1. Leave a Comment

Leave a comment